EKISNEWS – Ekonomi dan keuangan syariah harus terus melakukan inovasi agar semakin berkembang. Meski pertumbuhannya terus mengalami peningkatan, pangsa pasar keuangan syariah masih jauh lebih kecil dibandingkan konvensional. Inovasi dan terobosan menjadi hal mutlak agar ekonomi dan keuangan syariah di Tanah Air semakin bergairah.
Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Friderica Widyasari Dewi mengatakan, hingga kini inovasi dan pangsa pasar industri keuangan syariah masih sangat rendah dibandingkan industri keuangan konvensional. Oleh karena itu, terobosan dalam mengembangkan industri keuangan syariah sangat diperlukan.
“Diperlukan inovasi yang konsisten dan terus-menerus dalam menciptakan model bisnis produk dan jasa keuangan syariah yang variatif dan dapat memberikan nilai tambah, dengan tetap menjaga kepatuhan pada prinsip-prinsip syariah,” kata dia di Jakarta, Senin (6/2/2023).
Tak hanya inovasi, tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah di Indonesia masih tertinggal jauh daripada literasi dan inklusi keuangan secara nasional. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) Indonesia tahun 2022 yang dilakukan OJK, indeks literasi keuangan syariah hanya sebesar 9,14 persen. Sementara indeks keuangan nasional mencapai 49 persen.
Untuk indeks inklusi keuangan syariah, hingga kini masih di angka 12,12 persen. Padahal, indeks inklusi keuangan secara nasional mencapai 85 persen. Meskipun, menurut dia, bila dibandingkan dengan survei yang dilakukan OJK dalam tiga tahun terakhir, angka literasi dan inklusi keuangan syariah mengalami peningkatan.
“Tapi itu masih sangat jauh dan masih banyak sekali ruang yang bisa kita tingkatkan untuk pengembangan literasi dan inklusi keuangan syariah,” katanya.
Untuk mendorong literasi dan inklusi keuangan syariah, OJK memiliki sistem belajar dengan menyediakan 10 modul dasar dan menengah, yang dikhususkan untuk literasi keuangan syariah.
“Semoga bisa mendukung meningkatkan literasi syariah,” kata dia.
Friderica mengingatkan, salah satu pendukung dalam pengembangan keuangan syariah adalah pemenuhan sumber daya manusia (SDM) ekonomi keuangan syariah. Menurut dia, saat ini pemenuhan SDM keuangan syariah masih sangat jauh dari kata optimal, baik dalam segi jumlah maupun kualitas.
Oleh karena itu, dibutuhkan reformasi internal kelembagaan OJK, melalui penyempurnaan kebijakan serta transformasi organisasi dan SDM. Fokus OJK dalam implementasi UU Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK) adalah menyiapkan proses transisi yang lancar.
Selain itu, dilakukan penguatan melalui penataan lanskap sektor keuangan. Tujuannya, mendorong perkembangan sektor jasa keuangan syariah, terutama terkait pelaksanaan spin-off unit usaha syariah, yang dikaitkan dengan program konsolidasi serta skala ekonomi dan kapasitas individu lembaga jasa keuangan.
Berdasarkan data OJK per Desember 2022, total aset keuangan syariah Indonesia (belum termasuk saham) mencapai Rp 2.375 triliun dengan pangsa pasar 10,69 persen. Dari total tersebut, penempatan paling besar berada di pasar modal.
“Kalau dari angka ini, yang paling besar dari pasar modal karena di situ yang paling besar sukuk negara. Namun, perbankan trennya juga semakin baik,” kata Advisor OJK Ahmad Buchori dalam acara Sharia Economic and Financial Outlook 2023 di Jakarta, Senin (6/2).
Dia memerinci, pangsa pasar aset perbankan syariah mencapai 7,09 persen. Lalu, untuk industri keuangan non bank (IKNB) syariah mencapai 4,73 persen dan pasar modal 18,27 persen.
Untuk kinerja perbankan syariah, Buchori menyebut pertumbuhan asetnya terbilang tinggi. Pertumbuhan pembiayaan dan dana pihak ketiga (DPK) juga sudah lebih tinggi dibandingkan bank konvensional.
“Pertumbuhan aset perbankan syariah 16,6 persen, pembiayaan tumbuh 20,44 persen, dan DPK 12,93 persen. Ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan aset, kredit, dan DPK perbankan konvensional,” kata Buchori.
Sedangkan terkait IKNB syariah, Buchori mengakui, pertumbuhannya belum signifikan dari sebelumnya 4,71 persen pada 2021 menjadi 4,73 persen pada 2022. Dia menilai, masih ada banyak aspek yang perlu disempurnakan dari IKNB syariah agar pangsa pasarnya bisa meningkat.
Lima Strategi
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung mengungkapkan, ada lima strategi untuk mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah ke depan. Strategi pertama, yakni pengembangan halal value chain.
“Pengembangan halal value chain dilakukan melalui penguatan kapasitas pelaku dan model bisnis syariah, termasuk akselerasi proses sertifikasi halal,” kata Juda.
Strategi kedua, yakni pengembangan inovasi kebijakan dan instrumen pasar keuangan sebagai alternatif skema pembiayaan serta pendanaan syariah. Juda mengatakan, strategi tersebut tersebut termasuk pengembangan blended finance, seperti integrasi keuangan komersial dan sosial syariah.
Strategi ketiga, yaitu penguatan halal lifestyle melalui dukungan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) sebagai inisiator strategis. Selain itu, dilakukan dengan mendorong Indonesia International Modest Fashion Festival (IN2MOTIONFEST) menjadi modest fashion rujukan dunia.
Keempat, lanjut Juda, yakni akselerasi digitalisasi ekonomi syariah.
“Ini di antaranya halal traceability dengan menggunakan teknologi blockchain dari hulu ke hilir, dan akselerasi digitalisasi Ziswaf untuk meningkatkan transparansi dan inklusivitas,” kata Juda.
Adapun strategi kelima, yakni sinergi dan kolaborasi dengan sejumlah stakeholder. Menurut dia, sinergi menjadi kunci keberhasilan pengembangan ekonomi syariah.